Sudah lama saya gak update blog ini, terlebih sudah lama juga saya gak bermain dengan kamera (DSLR) kecuali kamera yang ada pada smarphone yang apa adanya. Nemu artikel ini saat buka twitter di antara tumpukan twit dan berita yang ramai soal politik dan agama. Tertarik, lalu buka linknya. Ah sayang kalau dilewatkan, biar gak ilang dan lupa linknya, maka jadilah copas di blog ini (dengan menyertakan sumber asli, tentunya). Semoga ada manfaatnya buat saya dan pembaca setia.
Di belakang kamera digital–baik DSLR atau pun mirrorless– biasanya terdapat tombol bertuliskan AF-ON. Tombol ini bisa disebut Back Button Focus. Tahukah Anda fungsinya? Jika belum, simak tanya jawab ebrikut ini karena teknik autofocus yang ini diyakini efektif oleh banyak fotografer.
Apa itu pemfokusan tombol belakang (Back Button Focus)?
Di sebagian besar digital SLR dan CSC, Anda mengaktifkan fokus dengan
tombol yang sama dengan yang digunakan untuk membidikkan shutter.
Pemfokusan tombol belakang merupakan sebuah teknik di mana Anda
menugaskan sebuah tombol di belakang untuk bertanggung jawab memfokuskan
pada obyek.
Bagaimana cara kerjanya?
Ketika ingin mengunci fokus pada obyek, Anda menekan setengah tombol
shutter. Ketika titik atau titik-titik fokus aktif mengenai targetnya,
kemudian Anda menekan penuh tombol dan merekam foto. Tapi, kalau Anda
menugaskan bagian pemfokusan ke tombol lain di belakang bodi kamera,
maka tombol shutter hanya khusus digunakan untuk membidikkan shutter dan
merekam foto, sementara tombol yang di belakang kamera tadi hanya untuk
mengunci fokus.
Bukankah sistem yang sudah ada sekarang sudah bagus?
Cara yang digunakan kamera sebagai standar, dengan tombol shutter
digunakan untuk AF dan merekam foto, bagus dan telah digunakan selama
bertahun-tahun. Banyak orang merasa tidak perlu mengubah cara ini. Tapi,
banyak juga yang telah mencoba cara lain dan sekarang merasa nyaman
dengan cara tersebut.
Lalu apa keunggulannya?
Penggemar pemfokusan tombol belakang mengatakan bahwa memisahkan kedua
faktor tersebut memungkinkan mereka untuk menahan fokus pada obyek
dengan lebih baik. kalau Anda menggunakan tombol yang sama untuk
memfokuskan dan membidikkan shuter, ada kemungkinan Anda memfokuskan
pada bagian yang salah dalam pemandangan ketika menekan tombol shutter,
terutama jika menggunakan modus continuous focus (AI Servo) kamera.
Tapi tidak demikian dengan pemfokusan tombol belakang. Dengaan cara
ini, Anda bisa membidikkan tombol shutter tanpa mengaktifkan fokus. Pada
prinsipnya, ini berarti Anda selalu bisa menggunakan fokus
berkelanjutan tanpa khawatir bahwa titik AF akan mengunci pada area yang
salah dalam pemandangan ketika Anda mencoba untuk merekam foto.
Apa kelemahannya?
Teknik ini mengandalkan pada kemapuan Anda melatih otak untuk mengingat
agar memfokuskan dengan ibu jari pada sebuah tombol di belakang,
kemudian merekam secara konvensional dengan jari pada trigger. Ketika
tidak terbiasa dengan cara ini, Anda mungkin akan bingung dan melewatkan
momen yang mestinya direkam. Sebagian orang mencoba teknik ini dan
tidak merasa nyaman, tapi sebagian lainnya tetap menggunakannya dan
merasakan banyak perbedaan.
Kelemahan lainnya, dengan ibu jari yang sekarang harus mengaktifkan
autofocus di belakang, Anda harus melompat dari satu tombol ke tombol
lain untuk memindahkan titik AF.
Bagaimana cara mengatur kamera untuk mencobanya?
Setiap kamera sedikit berbeda, tapi biasanya kesempatan untuk mengubah
pemfokusan tombol belakang dapat dijumpai melalui fungsi custom kamera.
Tekniknya, Anda menonaktifkan fungsi fokus tombol shutter, kemudian
meugaskan tombol lain, seperti tombol AF-On. Coba saja teknik ini, dan
lihat apakah Anda merasa nyaman menggunakannya.
*artikel ini dipublikasi di Digital Camera Indonesia edisi 78
Sumber : lensa.fotokita.net
0 komentar:
Posting Komentar